Goal Project pertama adalah pembangunan kantor FFTL. Dengan biaya 400.000 dolar AS (Rp 3.512 miliar) dari FIFA, kantor FFTL berdiri megah di ibukota Timor Leste, Dili. Setelah enam bulan membangun kantor FFTL, langsung dilanjutkan oleh GoalProject II, yakni membangun Xanana Sports Center, yakni training camp untuk tim nasional dari federasi yang baru bergabung dengan FIFA pada 2005 ini. Untuk pembangunan pemusatan latihan timnas yang bisa menampung 26 pemain ini, FIFA mengucurkan dana 400.000 dolar lagi.
Pada Senin dan Selasa, 14-15 Maret kemarin, Presiden FIFA, Sepp Blatter berada di Dili untuk meresmikan dua bangunan tersebut. Bukan hanya itu, Blatter juga meletakkan batu pertama pembangunan stadion dengan rumput sintetis dalam Goal Project III. Stadion yang berada persis di belakang kantor FFTL dan Xanana Sports Center tersebut didanai FIFA sebesar 500.000 dolar AS.
“Pembangunan stadion ini akan dibantu oleh konsultan ahli dari Jerman. Tentu kami berharap proyek ini semua akan menjadi awal dari kemajuan sepak bola Timor Leste,” kata Francisco Kalbiadi Lay, Presiden FFTL, yang merancang sendiri kantor dan Xanana Sports Center tersebut.
Jika stadion kelar, FIFA rencanannya akan melanjutkan mendukung FFTL pada Goal Project IV, yakni melengkapi stadion dengan lampu-lampu agar layak dipakai untuk timnas pada malam hari. Setelah itu, proyek kelima adalah membangun 14 kantor pengurus FFTL di seluruh Timor Leste.
Berbagai proyek tersebut terecana sangat baik. FIFA memang tak segan-segan untuk terus memberikan dana melalui Goal Project. Catatanya Goal Project pertama tentu berjalan dengan baik seperti juga yang terjadi di negara-negara lain termasuk Laos dan Myanmar.
Dampaknya sepak bola di dua negara tersebut pun berkembang cepat karena alokasi GoalProject dipakai secara benar dan tepat sasaran. Hasilnya, timnas U-16 kita pun belakangan ternyata tidak bisa menang saat melawan mereka.
Bagaimana dengan Goal Project kita? Tahun 2003, Indonesia juga pernah mendapatkan Goal Project, tapi proyek tersebut ternyata tidak pernah jalan dan tidak ada kejelasan. “Permasalahan pada Goal Project di Indonesia adalah soal tanah. Kami tidak bisa mendukung jika tanahnya bukan milik PSSI,” kata David Borja, Senior Manager Development Progammes Asia, yang memang bertanggung jawab pada Goal Project Asia