Lahir di Yaounde pada 20 Mei 1952,Roger Milla mengawali karirnya di ibukota Kamerun bersama klub Eclair Douala, Leopards dan Tonnerre. Bersama klub tersebut, Milla berhasil meraih gelar juara kompetisi domestik yang mengantarnya sebagai Pemain Afrika Terbaik pada 1976.
Tidak puas hanya berkutat di liga dalam negeri, Milla pun mencoba peruntungan di Perancis. Ia pun kemudian mengganti nama asli dari Miller menjadi Milla agar terasa lebih bernuansa Afrika.Bermain di Perancis ternyata memberi banyak kesuksesan sehingga ia pun mampu bertahan selama 14 tahun di negeri itu.
Pada level klub reputasi Milla tidak terlalu bergaung, ia juga termasuk pemain yang sering melanglang buana di beberapa klub elite Prancis seperti, AS Monaco, Saint-Etiennes, dan Montpelllier. Setelah dua tahun membela Valenciennes, ia pun pindah ke Monaco dan ikut berjasa mengantar klub itu tampil sebagai juara Perancis pada 1980. tapi ia hanya sekali mampu mengantarkan AS Monaco juara.
Walaupun di Liga Perancis ia di anggap biasa saja,tapi bagi timnas kamerun, Milla dianggap bagaikan "Pele".Bahkan namanya disebut-sebut sebagai pemain terbaik Afrika. Akhirnya pada 1982, Milla untuk pertama kali tampil di Piala Dunia.Cita-citanya ini baru terwujud selama sepuluh tahun membela tim nasional Kamerun, mulai sejak 1972.
Pada level klub reputasi Milla tidak terlalu bergaung, ia juga termasuk pemain yang sering melanglang buana di beberapa klub elite Prancis seperti, AS Monaco, Saint-Etiennes, dan Montpelllier. Setelah dua tahun membela Valenciennes, ia pun pindah ke Monaco dan ikut berjasa mengantar klub itu tampil sebagai juara Perancis pada 1980. tapi ia hanya sekali mampu mengantarkan AS Monaco juara.
Walaupun di Liga Perancis ia di anggap biasa saja,tapi bagi timnas kamerun, Milla dianggap bagaikan "Pele".Bahkan namanya disebut-sebut sebagai pemain terbaik Afrika. Akhirnya pada 1982, Milla untuk pertama kali tampil di Piala Dunia.Cita-citanya ini baru terwujud selama sepuluh tahun membela tim nasional Kamerun, mulai sejak 1972.
Dan pada akhirnya nama Roger Milla mencuat ketika membawa Kamerun sampai ke perempat final Piala Dunia 1990. Dia menjadi istimewa karena usianya sudah 38 tahun dan mampu mengemas empat gol, serta memiliki tarian selebrasi yang khas.Pemain kelahiran 1952 itu juga bermain di Piala Dunia 1994 di USA. Pada saat itu,Dia memegang rekor sebagai pemain tertua dan pencetak gol tertua dalam sejarah Piala Dunia.
Kisah Milla " Singa tua Afrika",merupakan salah satu cerita menarik selama berlangsungnya Liga Indonesia.Ciri khas Milla usai mencetak gol adalah, berlari sudut lapangan dan menggoyang-goyangkan pinggul sambil berpegang pada tiang bendera, menjadi hiburan sendiri bagi fans Pelita Jaya.
Masih berbekas dalam ingatan saya bagaimana dalam debut awalnya di Liga Indonesia Milla mampu menyumbang 2 gol,untuk menghantam Pesiku Kudus 5-0. Kolaborasinya dengan 2 pemain asal Yugo, serta pemain top lokal seperti Ansyari Lubis, Buyung Ismu dan Listianto Raharjo, membuat antmosfer pertandingan makin meninggi. Apalagi usai mencet gol, Milla selalu merayakan dengan goyang sambanya. Kehadirannya ini membuat penyerang veteran itu muncul sebagai inspirasi pemain lokal Indonesia.
Walau sudah 42 tahun, ketika dikontrak oleh Pelita Jaya,Milla masih menyuguhkan sisa-sisa kehebatannya di Liga Dunhill. Selain mampu menyedot penonton, di Stadion Lebak Bulus, Jakarta; Milla bisa dibilang memberikan semangat baru bagi Pelita Jaya. Diperkuat Milla, Pelita Jaya mampu menundukkan klub kuat, Arseto Solo dengan 2-1; (sumbangan Milla satu gol). Mataram Putra diganjar 2-1, yang satu golnya dicetak Milla.
Selama bergabung dengan Pelita Jaya, Milla berhasil menyumbang 23 gol dari 23 kali pertandingan untuk mengantar klub itu menjadi klub papan atas Indonesia.Legenda Cameroon ini,mendapat bayaran US$ 5.000 (saat itu sekitar Rp 10 juta) per bulan ditambah fasilitas mobil dan biaya sekolah kedua anaknya.
Selepas dari Pelita Jaya, Milla hijah ke klub Putra Samarinda.Meski lebih sering tampil sebagai pemain pengganti, Milla justru menjadi tokoh sentral bagi tim asal Kalimantan itu. Milla juga bermain dengan putra sulungnya Marcel Mahouvé disana.
Kisah Milla " Singa tua Afrika",merupakan salah satu cerita menarik selama berlangsungnya Liga Indonesia.Ciri khas Milla usai mencetak gol adalah, berlari sudut lapangan dan menggoyang-goyangkan pinggul sambil berpegang pada tiang bendera, menjadi hiburan sendiri bagi fans Pelita Jaya.
Masih berbekas dalam ingatan saya bagaimana dalam debut awalnya di Liga Indonesia Milla mampu menyumbang 2 gol,untuk menghantam Pesiku Kudus 5-0. Kolaborasinya dengan 2 pemain asal Yugo, serta pemain top lokal seperti Ansyari Lubis, Buyung Ismu dan Listianto Raharjo, membuat antmosfer pertandingan makin meninggi. Apalagi usai mencet gol, Milla selalu merayakan dengan goyang sambanya. Kehadirannya ini membuat penyerang veteran itu muncul sebagai inspirasi pemain lokal Indonesia.
Walau sudah 42 tahun, ketika dikontrak oleh Pelita Jaya,Milla masih menyuguhkan sisa-sisa kehebatannya di Liga Dunhill. Selain mampu menyedot penonton, di Stadion Lebak Bulus, Jakarta; Milla bisa dibilang memberikan semangat baru bagi Pelita Jaya. Diperkuat Milla, Pelita Jaya mampu menundukkan klub kuat, Arseto Solo dengan 2-1; (sumbangan Milla satu gol). Mataram Putra diganjar 2-1, yang satu golnya dicetak Milla.
Selama bergabung dengan Pelita Jaya, Milla berhasil menyumbang 23 gol dari 23 kali pertandingan untuk mengantar klub itu menjadi klub papan atas Indonesia.Legenda Cameroon ini,mendapat bayaran US$ 5.000 (saat itu sekitar Rp 10 juta) per bulan ditambah fasilitas mobil dan biaya sekolah kedua anaknya.
Selepas dari Pelita Jaya, Milla hijah ke klub Putra Samarinda.Meski lebih sering tampil sebagai pemain pengganti, Milla justru menjadi tokoh sentral bagi tim asal Kalimantan itu. Milla juga bermain dengan putra sulungnya Marcel Mahouvé disana.
Setelah pensiun total dari dunia Sepakbola, Milla tak pernah lupa akan Indonesia. Buktinya Milla termasuk team sebagai duta guna menyukseskan upaya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002.Dengan nama besarnya, ia berharap mendapatkan dukungan anggota executive committee FIFA asal Afrika.-Rezza Lubis for Total Football Indonesia-
Wah.. top abis ya, pemain legendaris Afrika ternyata p[ernah bermain di Liga Indonesia juga... ??? Tapi Pelita Jaya dengan Roger Milla nya jadinya nggak juara ya. ???
BalasHapus