Minggu, 31 Januari 2010

Bert Pintury Berbagi Ilmu

Di hari yang cerah uluhan anak berusia 10 tahun asyik memainkan bola di Stadion Siliwangi tanpa peduli terik matahari. Mereka berlatih menendang dan menggiring bola ditimpali canda dan senda gurau. Dari tepi lapangan sering terdengar derai tawa khas anak-anak.

Di antara mereka, berdiri pria kurus berusia 61 tahun dengan kulit berwarna coklat gelap, muka bercambang dipenuhi kerutan, dan rambut yang beruban. Dengan suara keras, dia telaten memberi arahan mengenai cara mengolah bola.

Pria itu adalah Bert Pintury, pelatih sepak bola yang dikirim Koninklijke Nederlandse Voetbalbond (KNVB), atau PSSI-nya Belanda. Digandeng Sekolah Sepak Bola (SSB) Saint Prima, dia mengadakan pelatihan sepak bola untuk anak berusia 7-12 tahun selama beberapa hari.


Bertutur dengan bahasa Indonesia yang lancar, Bert berbagi ilmu soal filosofi pendidikan sepak bola untuk anak ala Belanda, yakni belajar sepak bola sambil bermain bola. Artinya, biarkan anak bermain sepuasnya tanpa takut salah untuk menumbuhkan kecintaan. Baru, pada usia 12 tahun anak mulai diperkenalkan dengan permainan sepak bola.

"Kalau sejak awal sudah dikatakan salah oleh pelatih, anak tersebut justru takut dan sulit berkembang," ujar Bert. Saat mengajar, tidak ada metode khusus ataupun biaya mahal. Yang dibutuhkan hanya pelatih yang bisa berkomunikasi, berbicara dengan bahasa sederhana hingga dimengerti anak, dan mengerti psikologi anak.

Dia pun mencontohkan formasi yang paling mudah diajarkan, yaitu 4-3-3. Dengan formasi itu, anak lebih gampang belajar mengenai posisi dalam sebuah tim. Dengan demikian, semua bisa belajar bersama.

Mengenai penjaringan pemain berbakat, Bert mengungkapkan, pencarian bakat sebaiknya dilakukan hingga tingkat distrik. Hal itu lebih mudah dilakukan di Belanda karena wilayah daratannya hanya seluas 33.883 kilometer persegi atau kurang dari seperempat Pulau Jawa.

Filosofi seperti itu menjadi akar pembinaan sepak bola di Belanda dan menempatkan "Negara Kincir Angin" itu di peringkat ketiga dunia di bawah Spanyol dan Brasil serta pernah menjadi jawara di daratan Eropa. "Itu saja buktinya," ujar Bert singkat. Sederhana saja memang. Bagaimana PSSI?Capek deh kalo musti ngajarin organisasi ini terus.

1 komentar:

  1. Mustinya yang kayak gini di sponsorin sama PSSI. SSB aja mampu masak PSSI nggak mau tau sih

    BalasHapus