Apa yang membuat Australia dan Jepang begitu perkasa dia ajang sepakbola Junior khusunya di kawasan Asia ? Bagi Australia, materi pemain adalah salah satu faktornya.
Pelatih tim nasional Australia U-19, Jan Versleijen, tanpa ragu menyebut pemain-pemain nya sebagai ”produk kompetisi”. ”
”Kompetisi selalu memberi tantangan bagi pemain. Tantangan untuk selalu mengasah kemampuan bermain bola,” lanjut pelatih asli Belanda itu. Ia lalu memaparkan soal Liga Remaja Nasional (A-League National Youth League) dengan sembilan klub dan bergulir nasional.
Kompetisi itu diikuti tim yunior klub-klub Liga Australia, berkekuatan sekitar 14 pemain berusia 16-21 tahun. ”Mereka bertanding setiap akhir pekan dan bisa diperkuat empat pemain senior. Begitulah mereka ditempa,” lanjut Versleijen.
Dengan materi pemain yang terasah di kompetisi itu, Versleijen tidak membutuhkan waktu lama untuk membentuk tim. Ia menyebut hanya sekitar dua pekan. Hasilnya, seperti kita lihat, Australia sering menyikat tim-tim asia lain dengan skor besar.
Kompetisi ajang seleksi
Bagaimana dengan Jepang? Jawaban senada dikatakan Manajer Tim Jepang Soeda Mitsuhiro. ia menjelaskan, para pemain Jepang direkrut dari tim yunior klub-klub Liga Jepang.
”Tim-tim yunior itu juga bertanding dalam kompetisi, seperti yang dilakukan tim senior,” ujar Mitsuhiro. Dengan sistem kompetisi yang tertata rapi, pelatih tinggal mengamati, menyeleksi pemain tampil terbaik, dan meramunya dalam satu tim.
Mitsuhiro menjelaskan, timnya dibentuk sejak Januari lalu dan hanya menggelar sembilan kali ”kumpul” di pelatnas, enam kali di Jepang, dua kali di Uni Emirat Arab, dan sekali di Spanyol. Setiap pelatnas hanya berlangsung empat atau lima hari.
Masaki Asada, menambahkan, tidak gampang bagi pemain Jepang merebut posisi di klubnya. ”Pemain Jepang rata-rata tidak punya teknik bagus. Mereka harus kerja keras,” ujar kontributor salah satu majalah sepak bola Jepang itu.
Begitulah proses yang terjadi di balik keperkasaan sepak bola Australia dan Jepang. Kedua negara itu tidak menempuh jalan instan, seperti yang terus-menerus dilakukan PSSI dengan mengirim tim ke luar negeri.
Padahal, potensi teknik sepak bola anak-anak muda negeri ini tidak kalah hebat. Namun, potensi besar itu diabaikan PSSI yang tidak memilih kompetisi usia muda sebagai jalan membentuk timnas. Bagaimana, PSSI belum mau belajar juga yaa ????? -Rezza Mahaputra Lubis-
Mungkin malah rakyat yang sudah banyak belajar, tapi PSSI ................. no comment
BalasHapusMaksudnya PSSI nya sampai kapan pun nggak mau belajar-belajar kan.. he2 !!!! lembaga ini sudah mati suri...!!! butuh suri toladan baru.. atau bahkan permai suri...
BalasHapusWakakakak. Malah permaisuri. Kalau permaisuri keenakan mereka dong, aku juga mau kalau itu.Hehe
BalasHapus