Mandeknya prestasi persepakbolaan Tanah Air selama ini menunjukkan ketidakmampuan manajemen PSSI. Untuk itu, revitalisasi dan reorganisasi PSSI, termasuk Badan Tim Nasional, mutlak diperlukan demi mengatasi keterpurukan dan mencegah agar tidak berulang.
Menurut Hippy, kegagalan tim nasional pada kancah kompetisi internasional merupakan bentuk ketidakmampuan pengurus yang perlu dipertanggungjawabkan kepada publik. ”Tidak bisa begitu saja melimpahkan kesalahan pada pemain. Padahal, faktanya tidak ada pembibitan,” ujarnya.
Hippy mengakui, prestasi tim nasional tidak bisa didapatkan dengan cara instan, tetapi harus melewati proses jangka panjang. Untuk itu, dibutuhkan pembinaan pemain usia muda secara fokus dan berkelanjutan.
”Pembinaan usia muda selama ini berhenti, tidak ada kontinuitasnya. Jadi tidak pernah didapat pemain yang berkualitas,” kata Hippy.
Mantan Sekretaris Jenderal PSSI Tri Gustoro menambahkan, pembinaan usia muda perlu dilakukan dengan menggulirkan kompetisi secara berkesinambungan. ”Boleh saja mengirimkan pemain ke luar negeri, tetapi jangan mengabaikan kualitas kompetisi di dalam negeri,” ujarnya.
Untuk itu, ia mengimbau kepada para pengurus klub dan PSSI untuk secara jujur menilai kondisi persepakbolaan Tanah Air sekarang ini. ”Jika memang pengurus dinilai tidak baik, jangan dipilih lagi nantinya,” ungkap Tri Gustoro.
Secara terpisah, pemerhati sepak bola nasional, Isfahani, mengatakan, sepak bola Indonesia tidak akan pernah berkembang jika orang-orang yang saat ini menjadi pengurus PSSI masih bercokol. ”Selain kemampuan teknis, ada dua hal yang harus dimiliki seseorang untuk menjadi pengurus, yakni moralitas (berani untuk mengaku salah) dan sportivitas (mau mengaku jika tidak mampu). Dua hal itu tidak dimiliki oleh Nurdin Halid dan pengurus PSSI lainnya,” kata Isfahani, yang juga aktif sebagai peneliti Perhimpunan Pendidikan Demokrasi.
Isfahani menambahkan, para pengurus PSSI saat ini sudah terbukti gagal membina persepakbolaan Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari prestasi tim nasional, baik yunior maupun senior, serta kompetisi yang penuh rekayasa, terbukti dengan terbongkarnya kasus suap dan mafia wasit.
”Nugraha Besoes, Andi Darussalam Tabusalla, dan Rahim Sukasah itu sudah mengurus sepak bola sejak kapan? Sudah bertahun-tahun, tetapi sepak bola kita justru semakin terpuruk. Mereka jelas tidak mampu, tetapi masih juga bertahan meski tidak ada prestasinya. Jangan cari kambing hitam terus, kalau tidak mampu, harus turun. Revitalisasi dan reorganisasi PSSI harus dilakukan jika persepakbolaan Indonesia ingin bangkit,” tutur Isfahani.
Wah, memang, kalau ga "bangun" sendiri, sulit "dibangunkan".
BalasHapusSusah sepertinya !!! Musti ada gerakan reformasi total. Untuk membangunkan para penguasa PSSI yang sudah Jompo-jompo....he2
BalasHapusSekarang pada sibuk ngurusi Century, jadi masalah PSSI ya (agak) lupa.
BalasHapus