Minggu, 31 Januari 2010

Dengarlah Wahai PSSI (2)

Untuk membenahi tim persepakbolaan yang terpuruk, bukan hanya teknik para pemain yang menjadi perhatian. Menurut mantan pemain dan pelatih tim nasional, Sarman Panggabean, yang tidak kalah penting ialah pembenahan di PSSI dan Badan Tim Nasional.

Sarman yang bersama Bertje Matulapelwa mengantarkan timnas Indonesia ke semifinal Asian Games Seoul 1986 mengatakan, pemikiran dan konsep pembinaan pemain yang dilakukan PSSI melalui Badan Tim Nasional (BTN) selama ini salah. Sarman melihat, badan itu selama ini ditangani orang yang tidak berkompeten mengurusi teknis sepak bola sehingga menelurkan kebijakan yang asal-asalan, seperti pengiriman pemain muda berlatih ke luar negeri, yang sejauh ini tidak ada hasilnya.

”Bukannya membenahi kompetisi dan pembinaan pemain muda di dalam negeri, mereka mencoba cara instan dengan mengirimkan pemain ke luar negeri. Pemikiran-pemikiran yang salah seperti itu harus dibuang dari PSSI atau BTN hingga pembinaan di dalam negeri kembali berjalan. Saat ini di PSSI juga tidak ada lembaga yang mengurusi soal teknis,” kata Sarman.

Lebih jauh, ujar Sarman, tidak dibenahinya pembinaan berakibat pada regenerasi pemain yang mandek, menyulut krisis pemain tim nasional. Sarman mengatakan, krisis pemain tim nasional bukan semata-mata karena kehadiran pemain asing, tetapi lebih disebabkan oleh pola pembinaan yang salah tersebut.

”Kalau pembinaan benar, akan selalu muncul pemain lokal berbakat yang bisa bersaing dengan pemain asing. Jangan selalu menyalahkan pemain asing, yang salah adalah konsep dan pemikiran dalam pembinaan selama ini,” ujar Sarman.

Di Bandung, Jawa Barat, mantan asisten pelatih sekaligus mantan pemain Persib Bandung, Bambang Sukowiyono, mengatakan, PSSI harus mencari pelatih dan direktur teknik tim nasional sepak bola Indonesia yang kualitasnya telah teruji. Harapannya, mereka bisa menyusun program kerja jangka yang tepat bagi pemain timnas Indonesia.

”Terpuruknya prestasi timnas menunjukkan ada yang tidak tepat dalam program latihan dan kerja. Hal ini harus diperbaiki bila menginginkan terbentuknya tim yang solid untuk bersaing dengan negara lain,” ujarnya.

Sementara itu, mantan Bendahara PSSI Irawadi Hanafi sangat kecewa dengan ucapan mantan Ketua BTN Rahim Sukasah yang seolah-olah melepas tanggung jawab atas kegagalan BTN mengangkat prestasi tim nasional. ”Itu adalah ucapan orang yang frustrasi. Mereka selalu menyalahkan orang lain. Contohnya, menyebut cara berpikir pemain Indonesia yang kurang luas dan menyalahkan situasi. Kalau sudah tidak mampu jadi pengurus, sebaiknya mundur saja,” kata Irawadi.

Secara terpisah, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Pusat Margiono seusai bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, Presiden meminta pers bersama KONI untuk memelopori diselenggarakannya kongres sepak bola Indonesia. Ada keinginan Presiden agar sepak bola maju dan harus menjadi olahraga kebanggaan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar