Duel United melawan Indonesia digelar 1 Juni 1975. Skuad Merah Putih kala itu dibesut oleh pelatih Wiel Coerver. Pria asal Belanda itu punya reputasi mentereng. Pada musim 1973/1974, dia sukses mengantarkan Feyenoord menjadi tim Belanda pertama yang meraih gelar Piala UEFA.
Didampingi asisten pelatih, Wim Hendriks, Coerver diharapkan membawa Indonesia lolos ke putaran final Piala Dunia 1978 di Argentina. Nah, laga melawan United dan Ajax adalah ajang pemanasan sebelum Pra Olimpiade 1976 melawan Korea Utara (Korut).
Mantan kiper nasional, Ronny Pasla tidak punya kenangan banyak saat bertemu Manchester United pada 1975 lalu. Namun, Ronny masih ingat bagaimana harus berjibaku menghalau serangan yang dilakukan oleh Setan Merah saat itu.Ronny mengaku tidak mengingat secara rinci pertandingan yang dijalaninya saat bertemu MU. Hanya ada beberapa nama yang masih terekam di ingatan pria berusia 63 tahun itu.“Saat itu MU masih dihuni oleh pemain-pemain dari Wales, Skotlandia dan Irlandia. Ada nama-nama seperti Tommy Docherty, Steve James, Gerry Dally, Sammy McIlroy dan Jim Holten,” kata Ronny. Menurut Ronny, pertarungan yang berakhir dengan skor 0-0 itu berlangsung cukup ketat. MU tampil dengan pola permainan kick and rush dan banyak mengandalkan umpan-umpan crossing. “Saya masih ingat, untuk mematahkan serangan MU saya harus memotong banyak umpan crossing,” kata Ronny yang saat itu tampil dua babak penuh. Indonesia sendiri tampil dengan formasi idealnya 4-3-3.
Striker Wastiso yang dikenal sebagai “rocket from Asia” menjadi andalan timnas di lini depan. Sedangkan di tengah, Indonesia mengandalkan trio gelandang, Anjas Asmara, Nobon Kamayudin dan Sutan Harahara. “Pertarungan saat itu berjalan ketat. Pertahanan mereka juga cukup kokoh dan kami juga gagal mencetak gol,” kata Ronny. Sering Bertemu Tim Besar Wajar bila Ronny tidak menyimpan banyak memori saat bertemu MU. Pasalnya, MU bukan satu-satunya tim besar yang pernah dihadapinya bersama timnas. Di era 1970an, sederet tim seperti Sao Paolo Brasil, Dinamo Kiev (Rusia, kini Ukraina), Benfica Portugal dan Atletico Madrid sudah pernah dijajalnya.
Kisah pada kala itu, "MU ternyata mengecewakan pengurus PSSI maupun masyarakat penggemar sepakbola sejak mendarat di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, sehari sebelum pertandingan."Mereka tidak datang dengan seluruh pemain intinya seperti yang telah dijanjikan kepada PSSI. Rombongan mereka hanya 14 orang, terdiri atas 12 pemain, seorang pelatih, dan seorang manajer."
MU menerima bayaran $25.000 untuk dua pertandingan, angka yang lebih kecil dibanding tawaran dari Manchaster City untuk satu pertandingan, sehingga ditolak oleh PSSI.
"MU bermain ala kadarnya, asal tidak kebobolan. Ketika terjadi pergantian pemain pada babak kedua, yang masuk sebagai pengganti adalah pemain nomor 15 bertubuh gendut bernama Tommy Docherty, yang tidak lain adalah sang manajer!The Doc" di hadapan 70.000 penonton yang memadati Stadion Senayan adalah untuk mengganggu pergerakan trio penyerang Indonesia, yaitu Waskito, Risdianto, dan Andi Lala.
"Tak heran, hanya dalam lima menit Docherty terkena kartu kuning dari wasit Kosasih Kartadireja. Ujungnya, pertandingan berakhir tanpa gol karena gawang Ronny Pasla juga jarang dihajar tembakan penyerang MU," . Selanjutnya pada 5 Juni, Ajax dipastikan menjuarai turnamen ini dengan kemenangan 4-1 atas PSSI Tamtama. Satu-satunya gol Indonesia dicetak oleh Waskito.
PSSI Tamtama: Ronny Paslah, Sutan Harhara, Oyong Liza, Suaib Rizal, Iim Ibrahim, Anjas Asmara, Nobon, Waskito, Junaedi Abdillah, Risdianto, Andi Lala.
Manchester United: Alex Stepney, Alex Forsyth, Arthur Albiston, Gerry Daly, Jimmy Nicholl, Jim McCalliog, Trevor Anderson, Sammy McIlroy, Stuart Pearson, David McCreery, Anthony Young.
Hasil pertandingan lainnya: Ajax Amsterdam vs Manchester United 3-2 (Selasa, 3 Juni 1975) dan Ajax Amsterdam vs Indonesia 4-1 (Kamis, 5 Juni 1975).
Bayaran yang diterima Ajax dirahasiakan PSSI karena mahal sekali. Maklum, ketika itu Ajax bertebaran bintang yang digemari penggila global yang memperkuat Belanda di final Piala Dunia 1974 di Jerman Barat. Sebut saja dua benteng tim ”total football” itu, Wim Suurbier dan Ruud Krol, serta gelandang Johnny Rep. Belum lagi pemain-pemain tenar yang keluar-masuk timnas, seperti Barry Hulshoff, si kembar Arnold/Gerrie Muhren, Horst Blankenburg, dan kiper Piet Schrijvers.
Seperti diperkirakan, Ajax menjuarai turnamen segitiga di Gelora Bung Karno (GBK) setelah menaklukkan MU 3-2 dan PSSI Tamtama 4-1. Penampilan PSSI Tamtama lumayan, bermain imbang tanpa gol melawan MU 0-0 lewat pertandingan yang cepat dan menarik. PSSI Tamtama saat itu dalam masa peralihan dan dilatih AE Mangindaan-Endang Witarsa yang merupakan cikal bakal timnas PSSI Pra-Olimpiade 1976 yang diasuh Wiel Coerver.
Hasil klasemen :
1. | Ajax Amsterdam (Belanda) | 2 | 2 | 0 | 0 | 7-3 | 4 |
2. | Manchester United (Inggris) | 2 | 0 | 1 | 1 | 2-3 | 1 |
3. | Indonesia | 2 | 0 | 1 | 1 | 1-4 | 1 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar