Peristiwa yang membuat hatinya ikut menangis itu terjadi pada 10 Desember 1996 sekaligus mengakhiri musim semi Yeyen sebagai pemain nasional. Sepanjang tahun itu, Yeyen--lahir di Padang, 16 Mei 1976--yang tergolong sebagai pemain muda, sudah diikutsertakan dalam tim yang bermateri pemain-pemain senior, sebut saja Robby Darwis, Fachri Husaini, dan Jaya Hartono. Setelah memperkuat tim nasional ke Piala Tiger, Yeyen ikut tim nasional ke berbagai pertandingan internasional ke Eropa Timur. Yeyen, bersama Kurniawan Dwi Julianto, adalah salah satu alumnus Primavera, Italia. Proyek yang diprakarsai Nirwan D. Bakrie ini merupakan pelatihan bagi pemain-pemain muda Indonesia.
Dari Abu Dhabi, Yeyen harus menghadapi meja operasi guna menyembuhkan cederanya. Banyak yang menyangka karier sepak bolanya akan berhenti. Namun, Yeyen bertekad membalikkan dugaan banyak orang yang begitu pesimistis dengan kondisi cederanya. Kemudian Yeyen menjalani fisioterapi.
"Saya sempat merasa stres karena tidak bisa melihat lapangan hijau selama delapan bulan," katanya. Namun, ia bersyukur memiliki keluarga yang sangat mendukung. Keluargalah yang mengeluarkannya dari masa-masa gelap saat cedera.
Yeyen mengawali karier sebagai pemain dari lapangan sepak bola Kelapa Tujuh kompleks karyawan PT Semen Padang. Yeyen kecil, setiap pulang sekolah, pasti mampir ke lapangan tempat para pemain PSP Padang berlatih. Di sana, hampir setiap hari, dia begitu menikmati para pemain bayaran itu berlatih hingga suatu hari Suhatman Iman, pelatih tim Urang Awak itu, mengajaknya bermain. "Masih dengan seragam sekolah, saya mendapat pelajaran bagaimana cara menendang bola," kata Yeyen.
Kepiawaiannya mengolah bola membuat manajemen PSP kepincut dan menariknya bergabung di tim Pratama Semen Padang. Di usia 16 tahun, Yeyen sudah dipercaya menjadi tim pelapis PSP Senior dan katanya, "Padahal saya masih SMP."Dari sini Yeyen kemudian bergabung dengan tim nasional pelajar. Pemain yang kemudian menempati posisi sebagai bek ini ikut kejuaraan pelajar di Sri Lanka Arafura Game di Perth, Australia.
Sepulang dari Negeri Kanguru tersebut, ia mengikuti seleksi pemain yang dikirim ke Italia. "Waktu itu saya hanya dibekali uang saku Rp 100 ribu dan tiket pesawat untuk tiba di Sawangan tempat seleksi digelar," katanya. Yeyen lolos ke Primavera, yang kemudian mengantarnya ke tim nasional senior.
Setelah beristirahat panjang selama hampir 12 bulan, Yeyen kembali ke lapangan sepak bola. Yeyen kemudian bergabung dengan PSM Makassar dengan gaji Rp 2 juta setiap bulan. Selanjutnya Yeyen bergabung dengan sejumlah klub, di antaranya Persija Jakarta dan PSMS Medan. Di sejumlah klub ini, karier Yeyen tak begitu moncer--jika tak boleh dikatakan semakin menurun.
Merasa karirnya makin menurun di kacah sepakbola, Yeyen kemudian banting stir berkiprah di Futsal. Ia pun bersama beberapa mantan pemain nasional seperti Listyanto Rahardjo, Vennart Hutabarat, Stenly Mamuaya, Komang Adnyana dan Paulus Krey mewakili kejuaran Futsal Asia di Jakarta tahun 2004.Setelah 22 tahun berkiprah sebagai pemain, pada 2007, Yeyen memutuskan bermain di belakang layar. Bersama sahabat-sahabatnya, di antaranya Herman Ago, dia menekuni dunia event organizer khusus acara-acara olahraga, terutama sepak bola.
Penampilan Yeyen yang mulai berbisnis ini terkadang jauh berbeda ketika dia berada di lapangan. Dia harus tampil beda. Bersih, rapi, dan wangi. "Keputusan beralih profesi ini juga atas restu keluarga," katanya.
Ada satu cerita yang selalu membuat Yeyen tersenyum bila cerita itu kembali dibeberkan. Cerita itu adalah cerita ketika dia masih kecil. Karena hampir setiap hari bermain sepak bola, ayahnya sering kali dibuat jengkel. "Setiap bulan, ayah saya harus membeli sepatu baru untuk saya," katanya. Ayahnya membeli sepatu baru lantaran sepatu yang dia pakai selalu jebol dipakai bermain bola.
Cerita sang ayah membelikan sepatu setiap bulan ini terhenti ketika Yeyen bergabung di Semen Padang Pratama dan sudah mendapat bayaran Rp 25 ribu. Yeyen tidak lagi meminta sepatu baru kepada ayahnya. "Saya bisa beli sepatu bola yang lumayan bagus, bahkan bisa menyisakan Rp 5.000 untuk orang tua," ujarnya.
Saat menjadi pemain sepak bola profesional, Yeyen, yang sudah bisa menopang kehidupan keluarganya, tidak perlu bingung bila harus membeli sepatu setiap bulan. "Ayah saya bilang, 'Tidak sia-sia saya membelikan kamu sepatu setiap bulan,'" kata Yeyen.
Meskipun demikian, kejadian itu masih menjadi bahan guyonan di dalam keluarganya. Sang kakak, yang memang terkenal jail, sering meledeknya dengan meminta sang ayah membelikan sepatu untuk Yeyen setiap kali mereka bertemu dalam pertemuan keluarga besar. "Ayah saya cuma bilang, 'Dia sudah bisa beli sepatu sendiri kok, yang bagus pula,'" katanya menirukan sang ayah.
BIODATA
Tempat tanggal lahir : Padang 16 Mei 1976
- Karir Club :
- PSM Makassar (1995-1999)
- Persikota Tangerang (1999-2001)
- Perseden Denpasar (2002-2003)
- PSMS Medan (2005)
- Persija Jakarta (2006)
- Persma Manado (2007)
- Karir Timnas :
- PSSI Primamavera (Italia)
- Timnas Pelajar Asia
- Timnas Piala Tiger Singapura
- Timnas Pra Piala Asia Malaysia
- Timnas Piala Asia Abu Dhaby
- Timnas FUTSAL Piala Asia
- Karir Pelatih :
- Pelatih Timnas U-16 Uzbekistan
Ternyata Vennart mantan pemain futsal. Baru tahu. Kalau Yeyen cukup familiar, tapi juga ndak tahu kalau pernah mengenyam futsal.
BalasHapusSebelum berkiprah di FUTSAL Vennart Hutabarat adalah mantan pemain Persijatim.Vennart bahkan beberapa kali di panggil pelatih Timnas untuk ajang seleksi di tahun 1997 an. Vennart bersama Dody Sahetapy menjadi Roh kekuatan Persijatim pada Liga Indonesia pertama. Kalau Listianto Raharjo adalah mantan kiper timnas Senior dan Pelita Jaya. Sementara Stenly Mamuaya (Persema Manado) & Paulus Krey (PSDS Deli Serdang & PKT Bontang)
BalasHapusTernyata hubungan futsal dan sepakbola cukup dekat. Tapi kalau futsal saat ini jarang (/ga pernah) nongol di TV.
BalasHapus