Onana adalah juga saudara Elie Onana. Awalnya Onana muda bermain untuk klub lokal Canon Yaounde, ia juga turut serta ambil bagian dalam Piala Dunia 1990, bermain 3 dari 5 pertandingan tim nasional sepak bola Kamerun pada waktu itu,. Prestasi terbesarnya salah satunya saat Singa Afrika mengalahkan Timnas Argentina 1-0. Masa emas Onana telah membawanya 56 kali memperkuat tim nasional sepak bola Kamerun.

Kiprah kesuksesannya di Indonesia justru bukan saat menjadi pemain, tetapi saat dirinya menjadi Agen parta pemain Africa. Karena hanya ada tujuh agen pemain di Indonesia yang masuk daftar resmi FIFA. Salah satunya, Onana Jules Denis. Pria asal Kamerun ini bukan wajah baru di Indonesia. Sebelumnya, di juga pernah berkiprah sebagai pelatih di negeri ini.

Nanti, lewat website itu, bapak dua anak tersebut ingin mendatangkan pemain luar negeri ke Indonesia. Selain itu, dia ingin bisa mengirimkan pemain Indonesia berlaga di negara-negara yang sepak bolanya lebih maju. Ya, Onana sangat ingin meluaskan sayap. Dia mengakui, bisnis tersebut amat menjanjikan hingga waktu mendatang. “Makanya, saya betah di sini. Indonesia telah menjadi negara kedua saya,” ujar mantan pemain Pelita Krakatau Steel itu.
Selain bisnis, Onana tidak memiliki alasan lain untuk bertahan di Indonesia. Sebab, istrinya, Madeleine, orang Kamerun pula. “Soal makanan dan lain-lain, tak ada persoalan. Sebab, saya termasuk orang yang mudah beradaptasi,” tutur Onana.
Malah, dua tahun terakhir ini, dia terpikir untuk menetap di Indonesia. “Sebelumnya, saya berniat tinggal setahun di sini, eh nambah lagi satu tahun dan nambah lagi satu tahun sesuai kontrak,” ujar jelas laki-laki yang biasa bermain sebagai pemain sayap dan defender saat masih menjadi pemain itu.
Tak terasa, Onana merumput di Indonesia selama 12 tahun. Karirnya pun berganti tiga kali. Yakni, pemain, pelatih, dan agen pemain.


Masalah yang ditemui Onana selama menjadi agen di antaranya adalah sistem kontrak bagi para pemain di kompetisi sepak bola Indonesia belum menguntungkan pemain. Kontrak itu juga belum bisa memberikan kepastian kelangsungan kerja bagi pemain di kompetisi yang digulirkan PSSI.