Selasa, 16 Maret 2010

Eddy Meeng Legenda Sepakbola BATAVIA

Mungkin tak banyak orang tau siapa Eddy Meeng. Dan mungkin orang memang sudah lupa tentang sejarah sepakbola kota tempo dulu yang bernama Batavia.

Freddy Henry atau yang biasa disapa Eddy Meeng lahir pada 20 Desember 1908 di Pladjoekota Palembang, Sumatera Selatan. Karena ayahnya di tugaskan di pulau jawa, maka lau ia Keluarga kemudian pindah ke Jawa dan menetap di Batavia (nama kota sebelum jakarta sekarang).

Bersama dengan adiknya Frans, Eddy sangat gila sepak bola. Mereka memiliki bakat yang luar biasa dari anak-anak seusianya. Lalu pada usianya yang ketiga belas ia dan Frans bergabung dalam Asosiasi Sport Internal Administrasi (SVBB), kemudian mereka juga sempat bergabung ke klub Boys Blue, klub yang dididirikan oleh salah seorang petinggi kompeni Belanda. Dan di klub ini lah Eddy tertempa sebagai palang pintu di garis belakang.

Selama berkiprah di blantika sepakbola, Eddy Meeng telah bermain dari 1921 sampai pada Perang Dunia II..Ia juga sempat menyebutkan kalau sang adik Frans adalah seorang pemain lapangan tengah yang baik. Sedangkan Eddy, dulu juga kadang-kadang bermain sebagai penyerang.

Eddy Meeng sangat merasakan kesuksesasannya dalam karik sepakbolanya di era 1928-1930.Yang menjadi kenangan terindah sampai di usia senjanya. Pada era 1928-1930, tim SBVV Batavia memang menjadi tim yang sangat menakutkan di kawasan asia. Di tim ini juga muncul nama-nama besar seperti Lasso, Van Hooydonk, Bert Bax, Sumo (yang di juluki Hercules), Weise, Chris Mols, dan Janus Becker.



Sebagai pelatihnya tim Batavia di isi oleh orang Belanda tulen bernama "Paatje" Crompvoets. Paatje juga termasuk pelatih yang paling berhasil di era tahun 1930 an kenang " Meeng Eddy"
.Keberhasilan SVBB Batavia memang sungguh luar biasa karena prestasinya dicapai setelah beberapa tahun sebagai klub promosi.

Puncak sepakbola Eddy Meeng dalam kehidupannya adalah saat timnya memenangi kejuaraan di Surabaya. Pada saat itu Tim Surabaya memiliki seorang stiker tangguh bernama Bep Bakhuy, bahkan stiker ini pada tahun 1937 menandatangani kontrak dengan FC Metz Perancis. Tapi tugas untuk menjinakan Bep Bakhuy akhirnya sukses di emban Eddy Meeng. Batavia pun akhirnya menang dengan skor 4-3.



Berkat prestasi itu,tim SVBB Batavia akhinya tercatat sebagai klub penyumbang pemain terbanyak dalam tim Hindia Belanda yang berpartisipasi dalam Piala Dunia 1938 di Perancis. Salah satu hal yang ia sesalkan adalah kesempatan yang ia buang takkala ia harus bekerja penjadi angkatan laut , di banding membela tim Hindia Belanda di Piala Dunia 1938. Sementara sang adik Frans Meeng tetap memilih untuk meperkuat tim Hindia Belanda.

Tapi nasip Edy Meeng, masih terbilang beruntung. Mengingat sampai saat ia masih bisa mengenang prestasi sepakbolanya di usia yang menginjak 99 tahun. Sementara sang adik Frans Meeng terbunuh, saat di tangakap tentara Jepang di tahun 1944. Nama Frans Meeng termasuk di dalam 4.200 daftar " Romusha " yang tertawan.


Minggu, 07 Maret 2010

Kiprah Jong Ambon di Liga Futsal Indonesia

Siapa tidak kenal Ronny Pattinasarani, Donny Latupeirissa, Bertje Matulapelwa, Berty Tutuarima, John Lesnusa, dan Elly Idris pesepakbola di era 70-an. Era 80 s/d 90-an diwakil Imran Nahumamury, Sammy Pieterz, Ibrahim Lestaluhu, Ohorela, dan Rocky Putiray, mereka adalah pesepakbola keturunan Maluku. Saat ini salah satu propinsi di Indonesia Timur yang sempat mengalami konflik itu masih menelurkan para pemain bintang dan menyumbangkan pemain bagi tim nasional Indonesia sebut saja Ricardo Salampessy, Fandy Mochtar, Leonard Tupamahu, Rahmat Rivai dan Talaohu A Musafry.Seperti juga di cabang sepakbola konvensional, di cabang futsal-pun pemain futsal keturunan Maluku bertebaran di beberapa klub anggota Indonesian Futsal League, yang adalah kompetisi tertinggi Futsal di Indonesia. Terhitung sekitar ada belasan pemain futsal keturunan maluku yang dicatat oleh tim Spiritfutsal berkiprah di Indonesian Futsal League sejak musim 2006/2007 s/d 2010.

Tim SWAP (Sport, Worship And Praise) Futsal Club tercatat menyumbang pemain Maluku terbanyak sebanyak 8 pemain. Disusul Electric PLN dengan dua pemain dan Pelindo II, BiangBola dan Dupiad Fak-Fak masing-masing satu pemain. Delapan pemain keturunan Maluku di tim SWAP termasuk pemain-pemain muda usia, rata-rata 24 tahun bahkan yang termuda baru berusia 19 tahun, yaitu Imanuel Frans dan Kiper Gerry Ferdinandus. Sedangkan pemain tertua ada di tim Electric PLN, Ricardo Polnaya yang juga mantan pemain tim nasional futsal Indonesia, berusia 27 tahun.

Kakak beradik Manuhutu, Ronaldo dan Mozes mempunyai peran penting di tim SWAP. Ronaldo yang lebih tua satu tahun merupakan kapten cadangan tim SWAP. Sedangkan Mozes Manuhutu, merupakan pencetak gol terbanyak urutan kedua dengan 20 gol, hanya beda 2 gol dari Achmad Syaibani, top skor IFL Musim 2009. Di urutan ketiga daftar pencetak gol juga tercantum nama Socrates Matulessy dari Electric PLN. Pemain yang satu ini juga mantan pemain tim nasional futsal dan bintang iklan produk sepatu Specs.

Sementara itu, Vincent Vallent pemain keturunan Maluku yang pertama kali mengecap Juara Indonesian Futsal League bersama BiangBola di musim pertama. Di babak final four meski tidak mencetak gol, tetapi penampilannya sangat berperan atas keberhasilan BiangBola merebut juara IFL. Selain itu pencatat sejarah IFL juga dicatat oleh Jaconias AA Lakburlawal, ia adalah pencetak gol pertama IFL ketika SWAP melawan Produta, Bandung pada pertandingan pembukaan IFL yang diresmikan oleh Ketua PSSI, Nurdin Halid.

Pemain lainnya yang tidak kalah perannya bagi tim masing-masing adalah Miron Hehanussa, Reinhart Titaheluw, Edward Supusepa, Agustinus Latlutur, Gabriel Ditilebit (Ex Tim Nasional 2004), dan Piere Latupeirissa (lebih dikenal dengan Freestyler Indonesia) dari tim SWAP, Jusman (Pelindo II), dan A. Renyaan (Dupiad Fak Fak). Semua pemain, sependapat dan memiliki impian yang sama yaitu merindukan Negeri Ambon yang aman dan menghimbau kepada anak-anak muda Maluku untuk terus bermimpi besar dan berprestasi di cabang olahraga futsal