Sayangnya ketika PSSI try out ke Eropa, Waweyai tidak kembali dan malah memilih tinggal di Belanda. Selain Waweyai yang fenomenal ada pula pemain lainnya seperti Timo Kapisa, Yohanes Auri, Adolof Kabo. Selanjutnya Noah Mariem, Rully Nere, Theorodorus Bitbit, Aples Tecuari, Rony Wabia dan Crist Leo Yarangga. Diera tahun 2000an kita mengenal Elly Aiboiy Alexander Pulalo, Boaz Solossa. Ortizan Solossa, Imanuel Wanggai, Ricardo Salampesy, Cristian Woarabay dan lainnya.
Menurut Rully Nere, generasi emas Papua akan segera kembali tercetak. Ia melihat striker Alan Arongear punya potensi bagus dia baru berusia 17 tahun dan juga punya skill individu yang bagus. Selain itu Rully Nere juga melihat pemain belakang seperti Edison Ames, Ilfred Soo, Yohanes Tjoe juga berpotensi mejadi pilar timnas dimasa datang. Kemudian Cristian Uram dan Yan Piet Alex, dua pemain sayap ini termasuk cikal bakal pemain yang baik. "Saya melihat banyak pemain baru yang bagus dan sekarang tinggal bagaimana mencari dan membina mereka serta memberikan sentuhan teknik dan skill individu yang baik," ujarnya.
Pendapat lainya juga di amini oleh Max Pieter, "Saya tidak percaya kalau tanah Papua krisis striker dan pemain, banyak pemain alam yang terus lahir di sini.Tapi sayang saya melihat pembinaan masih kurang sehingga mereka berkembang apa adanya tanpa banyak uji coba dan latih tanding ke luar Papua," tegas Max Pieter, mantan pemain tim PSSI dan juga mantan pelatih PSSI usia 15 tahun.
Menurut Max Pieter yang juga mantan pelatih Sekolah Sepak Bola Ragunan Jakarta, latihan-latihan dasar sepak bola bagi para pemain bola di tanah Papua sangat penting." Coba lihat saja seorang pemain yang sudah berpengalaman tetap harus berlatih dribling yang baik termasuk passing bola. Sebab kalau sudah menguasai teknik-teknik dasar sepak bola dengan sendirinya akan berkembang di lapangan,"tegas Max.
Walaupun tanah Papua gudang pemain bola, Tetapi dulu di persipura dengan cederanya Boaz Solossa justru membuat pelatih kepala Persipura Irvan Bhakti pusing kepala untuk mencari pemain baru pada posisi Boaz . Memang ada pemain muda seperti Korneles Kaimu, Tinus Pae dan Anthon Mahuse tetapi belum sebaik Boaz Solossa. Sehingga tidak ada pilihan lain sehingga terpaksa pelatih Kepala Persipura Irvan Bhakti memasukan pemain asal Kamerun Jeremiah yang berpasangan dengan striker asal Brasil Albeto.
Padahal sebelumnya Beto sudah padu dengan Boaz Solossa. Bisa di lihat oleksi goal Boaz pada putaran pertama Liga Indonesia 2006-2007 mampu membuat goal 13 goal dan merupakan satu satunya pemain Indonesia yang mampu menyaingi Cristian Gonzales pencetak goal terbanyak sebelumnya. Memamang Ironis hampir sebagian besar pencetak gol terbanyak di Liga Indonesia didominasi oleh pemain asing. Mungkin ini merupakan pekerjaan rumah bagi PSSI dan juga pengurus klub klub di daerah untuk selalu membina dan melahirkan pemain pemain muda berbakat
Sebenenarnya pembinanan berkala pemain bola Papua, bisa terlihat di ajang PON. Setiap PON selalu melahirkan bintang-bintang muda asal Papua. Boaz Solossa, Ricardo Salampesy, Cristian Worabay adalah bekas pemain PON Papua di Palembang 2004 lalu.
Begitu pula dengan Christ Leo Yarangga, Ronny Wabia, Aples Tecuari, Alexander Polalo, Herman Polalo,Izak Fatary dan Ritham Madubun yang juga merupakan pemain pemain eks PON. Kehebatan mereka pada saat itu tercermin disaat David Saidui memasukan gol dengan pantatnya atau yang dikenal dengan gol pantat di depan gawang tim PON Banda Aceh di tahun 1993 di partai final. Anak-anak Papua pun menang besar 6-2 dan sangat fenomenal karena mereka bermain dengan skill dan kerjasama yang baik.
Kini secara otomatis para pemain eks PON Papua pun secara langsung direkrut masuk Persipura, Persiwa Wamena dan Persidof. bahkan tim-tim di luar papua pun seperti PSMS dan Sriwijaya FC juga memakai tenaga mereka.
Sudah menjadi target time elit Papua kalau eks pemain PON akan direkrut jadi tim Mutiara Hitam atau Persipura sebut saja eks PON Palembang antara lain Ricardo Salampesy, Korinus Fingkreuw, Elias Korwa, Cristian Worabay dan lainnya pernah memperkuat skuad Mutiara Hitam. Tapi kini karena Mutiara Hitam kini sudah memiliki atau diback up tim Persipura U18 dan Persipura U23. Para pemain PON mulai tersebar ke beberapa klub lainya. Karena para pemain muda di Persipura U-18 dan U-23 juga memiliki kualitasnya permainan di atas rata-rata pemain seusia mereka.
Pelatih Kepala Persipura U 21 Ferdinando Fairyo mengatakan untuk menghasilkan banyak pemain berbakat atau mau menjadikan tanah Papua sebagai gudangnya pemain bola harus melakukan pembinaan yang terarah dan sungguh serta memiliki hati yang tulus. “Kalau tidak sepenuh hati maka saya khawatir akan tidak membawa hasil yang maksimal dan hanya memikirkan materi tanpa melahirkan pemain bintang,”ujar Fairyo mantan asisten pelatih PON Palembang lalu.
Dikatakan nya, "Dulu Ricardo Salampessy dianggap pemain yang tak berpotensi dan badannya terlalu kecil dan lembek tetapi sebagai pelatih harus mendorongnya terus agar maju dan percaya diri. “”Lihat sekarang dia jadi langganan timnas PSSI" üjar Fairyo yang baru saja mengikuti kursus pelatih lisensi C di Jakarta. Ia juga menyarankan diklat seperti PPLP Papua juga sanggup melahirkan banyak pemain kalau ada keseriuasan dan kemauan maka hasilnya pun akan maksimal.
Sekarang kini tinggal terserah kita saja, atau mungkin bapak-bapak di PSSI sudah mulai berpikir untuk serius membina bibit muda di tanah Papua, di bandingkan menghaburkan uangnya membina tim di luar negeri tanpa hasil.