Jumat, 19 Februari 2010

Robby Darwis Libero Pangeran Biru

Bila kita melihat sejarah liga Indonesia pertama, tentu ada dalam sejarah bahwa juara pertama kalinya adalah Persib Bandung yang mengalahkan Petrokimia Putra melalui gol tunggal Sutiono Lamso. Yang kita bahas adalah sang kapten legenda pujaan Bandung Robby Darwis. Robby Darwis lahirLembang 31 Oktober 1965 . Robby ini memang di gelari bakat yang menjulang dan demikian pula dengan kepemimpinannya sangat menonjol.

Sebagian besar waktu karirnya dihabiskan dengan menjadi kapten baik di klub maupun di timnas Indonesia. Robby sempat memperkuat timnas Indonesia sebanyak 53 kali dan mencetak 6 gol, juga ikut mempersembahkan piala emas SEA GAMES 1987 dan 1991juga pernah menjuarai piala Sultan Hasanal Bolkiah tahun 1986 sebelum pensiun tahun 1997 setelah mengabdi selama 10 tahun. Sebagai pribadi dia memperroleh gelar pemain terbaik Indonesia tahun 1987 dan Robby dianugerahi sebagai pemain legendaris Indonesia pada final Copa Indonesia 2007. Robby memang ditakdirkan untuk jadi seorang bintang. Sejak bakatnya terendus pelatih Persib asal Polandia Marek januta di awal '80-an, jalan karier seakan terhampar mulus untuknya. Secara kebetulan dia tumbuh ketika atmosfer sepak bola Bandung tengah menginjak masa keemasan. Bersama adjt Sudrajat, Robby mewakili generasi Persib paling mencorong di pertengahan '80-an dan medio '90-an.

Tidak berlebihan bila Robby dianggap sebagai wakil generasi emas Persib paling bercahaya. Setidaknya jika kiprah di timnas dijadikan parameternya. Total sepuluh tahun (1987-1997) ia mengenakan seragam Merah-Putih. Dan sebagian besar waktu kariernya di timnas ia lalui sebagai seorang kapten.

Kiprahnya meninggalkan kesan tersendiri buat publik bola Bandung. Sebab, setelah ia pensiun tidak ada lagi pemain Persib yang dipercaya menjadi pemanggul komando di timnas. Tak heran bila sampai saat ini nama Robby selalu dipersonifikasikan dengan romantisme kejayaan Persib tempo dulu.


Sebuah pengakuan yang sangat wajar, mengingat Persib sempat menancapkan kukunya dengan amat dalam di altar sepak bola nasional semasa Robby masih aktif. Bersama koleganya di generasi emas Persib, tiga gelar juara Perserikatan dan satu trofi Liga Indonesia ia persembahkan untuk para bobotoh. Robby menganggap keempat gelar itu sama-sama mengesankan. Gelar pertama di kancah Perserikatan yang direbut pada musim 1985-86, dia anggap sebagai gerbang prestasi generasi emas Persib.

Keberhasilan itu terasa sangat berarti karena sebelumnya tim Pangeran Biru sempat merasakan pahitnya terlempar ke Divisi I pada 1978. Gelar sekaligus juga mengakhiri paceklik prestasi selama 25 tahun. "Sedangkan gelar juara Perserikatan 1989-90 menjadi jawaban atas kegagalan generasi emas pada tiga musim setelah merebut gelar pertama," tutur Robby. Begitu pula dengan gelar ketiga yang direngkuh tahun 1993-94. Terutama karena itulah kompetisi Perserikatan terkahir. Pada msuim berikutnya PSSI mengubah format kompetisi menjadi Liga Indonesia dengan menggabungkan tim asal Perserikatan dan Galatama. Karena itu pula Persib berhak menyimpan Piala Presiden secara permanen di lemari koleksi mereka. Kesan terhadap gelar keempat idak kalah impresifnya. Robby menyebut kebehasilannya menyabet titel kampiun Liga Indonesia I mengandung sebuah keajaiban.

Masih mengandalkan skuad generasi emas, Persib menjadi satu-satunya tim eks Perserikatan yang tampil di abbak 8 besar. Meski demikian, Robby Darwis dkk akhirnya mampu berkelit dari ekpungan klub-klub eks Galatama, untuk menjadi juara di tahun pertama kompetisi.
"Generasi emas Persib berhasil memungkas kompetisi Perserikatan dan membuka era Liga Indonesia dengan gelar juara. Saya yakin ini sebuah prestasi yang akan selalu dikenang," ujar Robby.Romantisme terhadap generasi Robby kian menjadi-jadi lantaran setelah titel Liga Indonesia I, Persib tidak kunjung berhasil menambah koleksi trofi juara.

Tidak ada pemain yang punya karakter yang khas dan kuat seperti Robby. Karakternya semasa aktif membela panji tim Pangeran Biru maupun timnas sangat identik dengan ‘tukang sapu bersih’ di lini pertahanan. Sampai kemudian sepak terjangnya di lapangan melahirkan istilah yang sangat populer di kalangan bobotoh, yaitu “halik-ku aing!” ( minggir biar aku yang ambil!). Tahun 1991 Robby sempat pindah ke klub Malaysia Kelantan FC. Namun aral tak dapat diduga. Baru sekali turun bertanding dia terkena sanksi tidak boleh bermain selama 1 tahun.

Banyak pihak di Indonesia hal ini dilakukan Malaysia karena tidak ingin Robby bertanding di SEA GAMES 1991 akan tetapi Robby tetap bermain dan Indonesia menjadi juara. Selepas dari Malaysia Robby kembali mebela Persib sampai tahun 1997 dan menutup karirnya sebagai pesepakbola di Persikab Bandung.

Robby beristrikan Suci Guntari saudara mantan rekannya di Persib Yudhi Guntara dan memiliki 4 orang anak yaitu Canigia Fikri Robiana, Careca Raka (alm), Ratu Najra (Bulan), Ratu Najdah (Bintang). Robby berprofesi sebagai pegawai bank BNI’46 Bandung tetapi cuti untuk menjadi asisten pelatih Persib (memiliki lisensi B). Sebelumnya Robby sempat melatih di di Produta selama 2 musim dan Persikab. Robby juga bersama rekan-rekannya di Persib dahulu mendirikan sekolah sepak bola yang diberi nama SSB Robby Darwis di daerah kelahirannya Lembang dengan obsesi inginmelahirkan pemain-pemain berkualitas yang pada saatnya akan memperkuat Persib dan Timnas.

1 komentar:

  1. Kang Robby emang paling Hebring. Dulu kang Robby juga punya adik namanya Roy Darwis. Formasi Robby Darwis-Yadi Mulyadi atau Roy Darwis memang Mantep pisan. Apalagi ada Yudi Guntara,Adjad "Maradona" Sudrajat, Asep Kustiana dan Yusuf Bahtiar di tengah. Di depan Sutino Lamso sama Kekey Zakaria atau Asep " Klisman" Dayat. PERSIB HEBRING. Tapi kumaha sekarang atuh ???

    BalasHapus